Subscribe:

Pages

Senin, 03 Oktober 2011

Cerpen Persahabatan - Makna Pengalaman


Pelajaran dari Sebuah Pengalaman


Pagi yang cerah, mentari mulai menampakkan sinarnya. Burung berkicau. Alarm Hp-ku berbunyi membangunkanku pagi ini. Segera aku meyambar handuk dan melangkah ke kamar mandi. Setelah siap dengan seragam putih-abu-abuku, aku menuju ke ruang makan.

“Pagi ma, pagi pa !” , sahutku kepada mereka.

“Pagi juga Whynha !”, sapa mereka kepadaku.


Namaku Mu’awinatul’rahma. Panggil aku Wina aja deh. Aku anak SMA Negeri 1 Liliriaja kelas 10. Disekolah ini aku memiliki sahabat karib yang bernama Lili, Vivi, dan Irma. Aku dan mereka sudah bersahabat sejak kami sekolah di taman kanak-kanak.


“Ma, aku berangkat ya, Assalammualaikum”, sahutku sambil menyambar tas dan naik ke motor yang dari tadi sudah dinyalakan oleh ayah ku.



Pelajaran metematika yang membuat aku mengantuk berat. Buatku metematika itu pelajaran yang paling menakutkan seumur hidup. Bukan apa-apa, karena aku paling gak suka yang namanya hitung-hitungan. Akhiranya istirahatpun tiba aku segera mengambil ancang-ancang untuk kabur ke kantin dan membeli beberapa makanan ringan untuk dimakan. Setelah itu aku kembali lagi ke kelas. Di kelas aku langsung duduk di lantai dekat loker kelas kami dan mengobrol.


“Oh ya hari ini katanya ada anak baru loh”, seru Lili dengan semangat 45, “katanya dia bakal masuk kelas kita habis istirahat ini?”, lanjutnya.“ Terus ?”, tanya kami semua penasaran yang lansung membuat Lili mati gaya saat itu juga. Tentu saja kami langsung tertawa. Lili memang anak yang enak diajak bercanda. 


Huft, pikiranku mulai melayang waktu aku masih SMP dulu, suatu peristiwa yang sama persis dengan yang terjadi sekarang, yakni kedatangan murid baru di kelas kami, dan peristiwa itu menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kami semua, utamanya bagi saya pribadi.


Waktu itu, waktu aku masih kelas 3 SMP, kami juga kedatangan murid baru,  bel masuk berbunyi kami duduk dibangku masing-masing. Tak lama Bu Asnia masuk sambil membawa 2 anak perempuan kembar yang menurutku lumayan. Nama mereka adalah Fitra dan Fitri. Dari wajahnya terlihat sosok dia yang jutek dan cuek bebek. Yaaah, kesan pertama bertemu dengannya sepertinya menyebalkan.


Saya dan teman-teman enggan berkenalan dengan mereka, apalagi setelah teman kami yang bernama Ani memberitahu kami bahwa Fitra dan Fitri memang jutek, sombong, dan hanya ingin bergaul dengan anak orang kaya. Saya sangat kesel mendengar hal tersebut, “ih, apa bagusnya sih jadi orang sombong, mestinya sebagai anak baru, mereka harus tau diri!” , ucap Vivi dengan wajah kesal. “Iya, aku juga paling gak suka sama teman yang seperti itu, lebih baik mereka gak usah pindah di sekolan ini”, tambah Irma dengan suara yang ketus sambil mengerutkan keningnya. “Ya, terpaksa kita harus beradaptasi dengan mereka, kalau kita semua udah gak tahan dengan sikap mereka, baru kita lapor ke Bu Asnia”, ujarku meredakan suasana yang membuat Vivi dan Irma semakin emosi. Kami semua mulai mengucilkan si kembar, kami semua sibuk ngobrol dengan teman-teman tanpa mempedulikan kehadiran Fitra dan Fitri di tengah-tengah kami.


Hari berganti hari, tak terasa kami mulai berkenalan dengan si kembar, ternyata pandanganku terhadap sifat Fitra dan Fitri ternyata salah besar, semua prasangka buruk kami mengenai si kembar sangat jauh dari kenyataan, semuanya berbanding  terbalik dengan apa yang ada di fikiran kami. Baru 3 hari setelah kepindahan  mereka, kami semua sudah sangat akrab dengan mereka. Mereka yang selama ini kami anggap jutek, sombong dan suka pilih-pilih teman, ternyata sangat berbanding terbalik dengan fikiran kami, semuanya sangat tidak sesuai dengan apa yang pernah Ani katakan kepada kami. Kami semua tidak percaya, memang Fitra dan Fitri memiliki wajah yang terlihat sangat jutek, tapi ternyata mereka memiliki pribadi yang sangat baik, ramah, pandai begaul, suka membantu dan memiliki rasa solidaritas yang tinggi. Kami sangat merasa bersalah terhadap mereka.


“Fit, maafkan kami ya, kami sadar kami salah telah berfikiran negatif tentang kalian, sampai-sampai kami tega mengucilkan kalian seperti kemarin-kemarin. Sekarang kami semua sadar, menilai seseorang dari luarnya sangat tidak menjamin kebenaran dari penilaian kami, sekali lagi maafkan kami ya”, ucapku mewakili teman-teman meminta maaf kepada si kembar. “Iya, gak apa-apa kok, saya dan Fitri sangat mengerti dengan alasan kalian semua, jadi kalian gak perlu minta maaf seperti itu, mulai sekarang kita mulai semuanya dari awal, lupakan semua kejadian yang kemarin-kemarin, oke?”,  jawab Fitra dengan wajah manjanya. “Jadi, kalian mau memaafkan kami?”, tanya Lili dengan wajah penasaran. “Jelaslah, kita ini kan berteman, jadi saling memafkan itu wajib dong, supaya persahabatan kita tetap terjalin dengan baik”, tambah Fitri sambil mengumbar senyum manisnya.


“Jadi, mulai sekarang kita semua sahabat, gak ada yang boleh merusak persahabatan kita, besatu kita teguh, bercerai kita runtuh ! ,, we have a power of friendship,, setuju?” ujarku dengan semangat, “setujuuuuu”, semua temanku ikut bersorak dengan semangat.


Lamunan tentang masa SMPku terhenti seketika bel tanda masuk telah berbunyi, aku dan teman-teman bergegas menyiapkan buku pelajaran yang akan kami pelajari. Tak lama kemudian, bapak kepala sekolah masuk ke kelas kami dengan ditemani seorang anak laki-laki yang wajahnya sangat asing bagi kami, ternyata anak laki-laki itu adalah murid baru yang baru saja diceritakan Lili kepada kami, wajahnya sangat jutek, cara berpakaiannya kurang rapi, dan cara berbicaranya agak berandalan, tapi aku tidak boleh cepat mengambil kesimpulan dengan apa yang aku lihat sekarang. Aku tidak boleh menilai orang lain dari luarnya saja, biar bagaimanapun, aku harus menerima teman baruku dengan baik, jangan sampai kesalahanku waktu SMP terulang kembali, jangan sampai aku menyesal kedua kalinya karena telah menyianyiakan teman yang sebenarnya memiliki sikap yang sangat baik hanya gara-gara penilaian dari luar yang tak pasti, hemmmmm, “always positif thinking”, “wina!, kamu harus tetap berfikiran positif, belum tentu yang kamu liat sesuai dengan kenyataan”, gumamku dalam hati.



------Created by Mu'awinatul' Rahma------


0 komentar:

Posting Komentar